Berlian Kalimantan (Sejarah & Karakteristik)
Kategori
Diamond Edition
Kalimantan merupakan satu-satunya daerah di Indonesia yang terdapat deposit berlian. Secara etimologi, Kalimantan sendiri berasal dari kata “kali” yang berarti sungai, “ma” bermaksud mas, dan “ntan” berarti intan, sehingga Kalimantan sering diartikan sebagai sungai yang kaya akan emas dan berlian/intan. Hal ini selaras dengan beragam jenis hasil tambang yang ditemukan pada endapan aluvial di sekitar sungai Kalimantan.
Berlian Kalimantan termasuk salah satu jenis berlian tertua (terkait eksplorasi) di dunia seperti India. Tambang berlian di Kalimantan memiliki sejarah panjang yang sudah dimulai sejak abad ke-6. Namun, hingga saat ini proses penambangan masih dilakukan secara tradisional dengan mengambil secara manual di sekitar sungai. Hal ini dikarenakan hasil studi eksplorasi pada 1985 menunjukkan deposit yang ditemukan walaupun bernilai secara ekonomi, tetapi tidak cukup besar untuk dapat dieksploitasi secara bisnis, sehingga sampai saat ini eksplorasi secara besar tidak pernah dilakukan.
Berlian Kalimantan umumnya memiliki ukuran yang relatif kecil, meski pernah ditemukan dengan ukuran >100 ct (166,75 ct). Berlian Kalimantan sebagian besar memiliki kualitas batu mulia dengan beragam warna seperti biru, pink, kuning, cokelat, dan colourless. Colorless, cokelat pucat, dan kuning pucat merupakan warna yang paling sering ditemukan.
Berlian Kalimantan memiliki bentuk kristal (crystal habits) yang beragam, yaitu octahedron, tetrahexahedron, flatted tetrahexahedron, rounded tetrahexahedron, dodecahedron, dan macle. Berlian ini umumnya memiliki struktur internal yang homogen atau zonasi oktahedral. Terkadang ditemukan inklusi grafit dalam zonasi oktahedral yang ditafsirkan sebagai inti/pusat berlian. Inklusi grafit sering ditemukan pada berlian yang berasal dari kimberlite. Namun, di Kalimantan kimberlite belum pernah ditemukan, hal ini dimungkinkan oleh karena tidak adanya eksplorasi dalam skala besar.
Pada permukaan Berlian Kalimantan biasanya ditemukan fitur/tekstur berupa percussion scars, radioactivity generated spots, plastic deformation, dan fitur lainnya. Fitur percussion scar pada berlian menunjukkan proses yang mengenai berlian seperti reworking, reburial, dan redeposisional. Selain itu, fitur ini juga menunjukkan proses transportasi berlian yang terbawa ke permukaan melalui magma. Fitur radioactive spot menunjukkan bahwa berlian tersebut mengalami kontak dengan fluida radioaktif pada batuan porous yang berasosiasi dengan berlian. Umumnya fitur ini berwarna hijau, tetapi akan berubah menjadi cokelat ketika mendapatkan temperature tinggi. Fitur plastic deformation dapat berupa shield-shape lamina, lamination line, dan cross-hatched laminations. Fitur ini menunjukkan bahwa berlian mengalami deformasi plastis. (Plastic deformation dikenal sebagai sebuah proses yang dapat menghasilkan berlian warna pink), hal ini selaras dengan berlian warna pink yang diyakini ditemukan di Kalimantan.
Ketika dilakukan uji cathodoluminescence Berlian Kalimantan akan menghasilkan warna hijau, biru, kuning dengan inti biru, biru dengan inti kuning, pita berwarna kuning dan biru, serta terkadang ditemukan bercak berwarna biru dan kuning. Reaksi/Warna biru hingga biru tua yang terbentuk menunjukkan bahwa berlian mengandung Nitrogen (tipe I). Hanya berlian bertipe I (memiliki kandungan Nitrogen) yang akan bereaksi ketika dilakukan uji cathodoluminescence, sedangkan berlian tipe II tidak akan bereaksi. Warna kuning hingga kuning kecoklatan yang terlihat diakibatkan oleh kandungan atom nitrogen. Selain itu, dapat ditemukan juga warna hijau ketika berlian telah mengalami deformasi plastis.
Refrensi:
Kadarusman, A., & Tbk, P. I. (2010). The origin of Borneo (Kalimantan) diamond: A summary. In Proceedings PIT IAGI Lombok. The 39th IAGI Annual Convention.
Kueter, N., Soesilo, J., Fedortchouk, Y., Nestola, F., Belluco, L., Troch, J., ... & Driesner, T. (2016). Tracing the depositional history of Kalimantan diamonds by zircon provenance and diamond morphology studies. Lithos, 265, 159-176.
Smith, C. B., Bulanova, G. P., Kohn, S. C., Milledge, H. J., Hall, A. E., Griffin, B. J., & Pearson, D. G. (2009). Nature and genesis of Kalimantan diamonds. Lithos, 112, 822-832.
Spencer, L. K., David , S., Peter, C., & Robert, E. (1988). The Diamond Deposits of Kalimantan, Borneo.
Sun, T. T., Wathanakul, P., Atichat, W., Moh, L. H., Kern, L. K., & Hermanto, R. KALIMANTAN DIAMOND.
Artikel Lainnya
Batu Mulia dan Logam Mulia di Pegadaian
Pengujian Batu Mulia dan Logam Mulia