Pembentukan (Genesa) Logam Mulia dan Batu Mulia
Genesa merupakan asal mula pembentukan batuan atau mineral yang dapat berasal dari proses yang dipengaruhi oleh proses internal (geologi), proses eksternal (kondisi iklim), dan pengaruh organik yang dialaminya.
Proses Anorganik (Proses Internal dan Proses Eksternal)
Proses anorganik adalah proses pembentukan batu mulia dan logam mulia yang terjadi tanpa melibatkan makhluk hidup, melainkan dengan bantuan gaya endogen dan gaya eksogen yang ada di bumi. Proses ini dibagi lagi menjadi proses internal dan proses eksternal.
Proses internal merupakan proses pembentukan mineral yang terjadi di bawah permukaan bumi akibat adanya gaya endogen. Beberapa proses internal pembentukan mineral antara lain:
1. Proses Magmatis
Proses ini terjadi ketika magma mengalami pendinginan dan pembekuan sehingga membentuk mineral-mineral yang berwujud padat dan memiliki suatu bentuk kristal. Proses ini terjadi pada temperatur tinggi (> 600˚C). Contoh bijih yang dapat terbentuk dari proses ini adalah Intan, Amethyst (Kecubung), Jade (Giok), Emas.
2. Proses Pegmatisme
Proses ini terjadi setelah proses pembentukan magmatis, larutan sisa magma (larutan pegmatisme) yang terdiri dari cairan dan gas membeku dan menjadi mineral. Mineral tersebut terbentuk dari hasil injeksi magma yang menerobos batuan di sekelilingnya sebagai dike ataupun sill. Proses ini terjadi pada temperatur 600˚C – 450˚C. Proses ini menghasilkan batuan yang dikenal sebagai pegmatit dan terkadang berasosiasi dengan mineral berharga seperti Akuamarin, Amethyst (Kecubung), Topaz, dan beberapa Turmalin terbaik dunia.
3. Proses Pneumatolisis
Setelah temperatur menurun di sekitar 450 – 550˚C, akumulasi gas yang tersisa dari magma mulai membentuk jebakan pneumatolisis dan magma yang tersisa makin encer. Unsur volatil akan bergerak menerobos batuan samping disekitarnya, kemudian batuan samping akan bersifat reaktif terhadap uap panas yang dihasilkan oleh magma, dan membentuk mineral baru. Contoh bijih yang dapat dihasilkan dari proses ini ialah Timah, Epidot, Garnet, Tremolite, Topaz, Vesuvianite, Aktinolit, Tremolite, dan Turmalin.
4. Proses Hidrotermal
Merupakan proses yang dipengaruhi temperatur dan tekanan yang sangat rendah dan larutan magma yang terbentuk sebelumnya. Proses ini terjadi karena adanya presipitasi larutan fluida panas (hidrotermal) yang dapat berupa fluida magmatik, fluida meteorik, ataupun campuran dari kedua fluida tersebut di sekitar tubuh batuan.
Berdasarkan tingkat kedalaman, tekanan, dan temperaturnya, endapan hidrotermal dikelompokkan menjadi 3, yaitu:
Epitermal
Endapan epitermal adalah endapan yang terbentuk di dekat permukaan sampai kedalaman 1500 m di bawah permukaan bumi dengan temperatur 50 – 200°C. Contoh bijih yang dapat kita temukan di area ini adalah Kuarsa, Emas, Perak, dan Tembaga.
Mesotermal
Endapan mesotermal terbentuk pada kedalaman menengah, yakni dari 1200 – 4500m, begitu pula tingkat tekanan dan temperaturnya juga menengah. Temperatur pembentukan mineral berkisar antara 200 – 300°C. Kita dapat menemukan Tembaga, Emas, Kuarsa, dan juga Timah di area ini.
Hipotermal
Endapan hipotermal terbentuk pada wilayah yang cukup dalam, yakni 3000 – 15000 m di bawah permukaan bumi dan tekanan tinggi serta temperatur berkisar 300 – 500°C. Bijih biasanya ditemukan pada endapan hipotermal adalah Timah, Emas, Tembaga, dan Turmalin.
5. Proses Replacement (Metasomatic replacement)
Proses penggantian suatu mineral atau lebih menjadi mineral-mineral baru yang lain diakibatkan adanya agen pembawa mineral yang berupa gas, uap, air panas pada suhu rendah dengan mineralisasi komponen sederhana. Bentuk endapan replacement disebut replacement vein. Proses ini umumnya berkaitan juga dengan proses hidrotermal karena berkaitan dengan air panas sebagai salah satu agennya. Contoh bijih yang dapat terbentuk melalui proses ini adalah Emas.
6. Proses Metamorfisme
Proses perubahan dalam mineralogi atau tekstur yang terjadi pada batuan akibat peningkatan tekanan dan/atau suhu. Contoh bijih yang terbentuk dari proses ini adalah Intan, Jade (Giok), Ruby, Sapphire.
Selain proses internal, terdapat juga proses eksternal, yakni proses pembentukan mineral pada permukaan bumi yang diakibatkan oleh adanya gaya eksogen. Proses-proses tersebut antara lain:
1. Proses Mechanical Accumulation
Proses Mechanical Accumulation adalah proses pengayaan bijih yang berasal dari butiran-butiran mineral yang terpecah akibat proses erosi dan pelapukan batuan oleh tenaga eksogen seperti air dan angin. Mineral-mineral berat yang resisten terhadap erosi dan pelapukan selanjutnya akan tertransport, terakumulasi, dan terendapkan di suatu area yang rendah. Endapan mineral tersebut biasa dikenal dengan placer deposit. Contoh bijih yang bisa didapatkan di endapan ini adalah Emas, Platina, Timah, Titanium, Intan, Corundum, Rutile, Zircon, Andalusite, Tourmaline, Kyanite, Garnet, Topaz, dan Beryl.
2. Proses Sedimentary Precipitates
Mineral dan bijih akan terbentuk melalui proses pengendapan unsur-unsur tertentu dan biasanya akan terendapkan pada lingkungan sedimen yang sesuai, dengan atau tanpa proses penguraian organisme. Contoh bijih yang bisa ditemukan di area ini adalah Mangan, Besi, Jasper, Opal, Rhodochrosite, Lazulite, Apatite, dan Turquoise.
3. Residual Processes
Dalam proses ini, mineral dan unsur pada batuan yang tidak mudah larut (immobile) dalam proses pelindian (leaching) oleh air akan tetap berada di batuan asalnya. Sedangkan, mineral dan unsur yang lebih mudah larut (mobile) akan terendapkan pada kedalaman tertentu. Contoh bijih yang dapat terbentuk akibat proses ini adalah Nikel, Litium, Bauksit, Corundum, dan Garnet.
4. Proses Secondary or Supergene Enrichment
Pelindian (leaching) unsur-unsur tertentu dari bagian atas suatu endapan mineral dan kemudian terendapkan pada kedalaman tertentu menghasilkan endapan bijih dengan konsentrasi yang lebih tinggi. Contoh bijih yang dapat terbentuk akibat proses ini adalah Quartz, Tembaga, Timbal, Besi, Seng, Emas dan Perak.
5. Proses Volcanic Exhalative or Sedimentary Exhalative
Proses pembentukan mineralnya melalui pelepasan gas dan uap panas dari gunung berapi. Pada proses Volcanic Exhalative, gas dan uap panas yang keluar dari gunung berapi akan bercampur dengan air laut atau air meteorik (air hujan). Campuran ini kemudian mendingin dan terendapkan sehingga akan membentuk mineral di permukaan bumi. Sementara itu, pada proses Sedimentary Exhalative, bijih yang terendapkan terbentuk ketika mineral yang berasal dari proses Volcanic Exhalative terkubur dan mengalami perubahan proses geologi seperti metamorfisme. Contoh bijih yang dapat terbentuk akibat proses ini adalah Perak, Emas, Merkuri, Besi, Seng, Timbal, dan Tembaga.
Proses Organik (Biologis)
Proses organik adalah proses pembentukan batu mulia yang melibatkan makhluk hidup. Proses-proses tersebut antara lain.
Proses fosilisasi organisme yang terperangkap dalam resin atau getah pohon konifer pada periode awal Tersier (sekitar 70 juta tahun atau lebih). Kemudian, resin mengeras melalui proses polimerisasi, dimana molekul kecil (monomer) bergabung secara kimia untuk menghasilkan jaringan molekul yang besar. Contohnya fosil serangga yang terperangkap di dalam resin, kerangka kitinnya sedikit berubah, tetapi jaringan lunak bagian dalam hilang. Proses pengerasan resin akan membentuk kopal. Selanjutnya, kopal (copal) akan terendapkan selama berjuta tahun di bawah permukaan bersamaan tumbuhan konifer atau tidak bersamaan tumbuhan konifer. Proses tersebut akan membentuk batu mulia Ambar (Amber) yang resisten/kuat.
Proses pengendapan lapisan-lapisan kalsium karbonatan di sekitar partikel (butiran pasir, makanan, parasit) yang tersangkut di cangkang moluska. Batu mulia yang dihasilkan dari proses ini adalah Mutiara.
Proses pembentukan dentin yang berasal dari sel odontoblas yang melapisi rongga gigi mamalia tertentu. Dentin adalah jaringan ikat yang termineralisasi dengan matriks organik protein kolagen dan akan membentuk gigi ataupun gading pada mamalia. Batu mulia yang terbentuk dari proses ini adalah Ivory.
Sumber:
Adiri, Z., Lhissou, R., Harti, A. E., Jellouli, A., & Chakouri, M. (2020). Recent advances in the use of public domain satellite imagery for mineral exploration: A review of Landsat-8 and Sentinel-2 applications. Ore Geology Reviews, 103332. doi:10.1016/j.oregeorev.2020.103332
Bateman, A.M. & Jensen, M.L., 1981. Economic Deposits, John Wiley & Sons, Inc, Canada
Dill, H. G. (2018). Gems and placers—A genetic relationship par excellence. Minerals, 8(10), 470.
Espinoza, E. O., & Mann, M. J. (1992). Identification guide for ivory and ivory substitutes.
Evans, A. M. 1997. An Introduction to Economic Geology and Its Environmental Impact. Blackwell. Blackwell Science Ltd, London, USA, and Australia, 364h.
Evans, A. M. (2009). Ore geology and industrial minerals: an introduction. John Wiley & Sons.Prinz, M.,Harlow, G., Peters, J.1988. Rocks and Minerals. Simon & Schuster Inc. New York
Garnett, Richard & Bassett, N.C.. (2005). Placer deposits. Econ Geol 100th Anniv Vol. 813-843.
Gemological Institute of America: All about gemstones. GIA. (n.d.). https://www.gia.edu/
Hedenquist, J.W. and Henely, R.W. (1985) Hydrothermal Eruption in the Waitapu Geothermal System, New Zealand: Their Origin, Associated Breccias, and Relation to Precious Metal Mineralization. Economic Geology, 80, 1640-1668.
Matthews, T. (2022, May 3). Ivory gem guide and properties chart. Gemstones. https://www.gemstones.com/gemopedia/ivory
Pearl gemstone overview. American Gem Society. (2023, October 5). https://www.americangemsociety.org/birthstones/june-birthstones/pearl-overview/