021 - 39838014

Pengenalan Berlian

Pengenalan Berlian   Berlian merupakan satu-satunya batu permata yang terdiri atas satu unsur yakni karbon (C) yang mengisi sekitar 99.95 %. Persentase sisanya adalah unsur-unsur yang disebut impurities (zat pengotor) atau trace element yang akan berpengaruh terhadap karakteristik yang dimunculkan oleh berlian tersebut dan menentukan tipenya. Berlian terbentuk akibat unsur karbon yang terkonsentrasi dan terendapkan pada kedalaman kurang lebih 100 mil di bawah permukaan sehingga unsur tersebut terkena suhu dan tekanan yang tinggi dan menyebabkan terbentuknya berlian pada batuan induknya (Kimberlite, Lamproite, dll).   Berlian dapat dibagi menjadi 4 tipe yakni: 1. Tipe 1A : Pada tipe ini, berlian tersusun atas unsur mayoritas karbon dan sedikit unsur nitrogen yang membentuk sebuah cluster yang dimana  unsur nitrogen tersebut terikat satu sama lain. 2. Tipe 1B : Pada tipe ini, berlian tersusun atas unsur karbon dengan sedikit unsur nitrogen yang terisolasi atau terlepas antara satu sama lain. 3. Tipe 2A : Pada tipe ini, berlian tersusun atas karbon murni sehingga memungkinkan berlian tersebut tidak memiliki warna (colourless) sehingga menjadi berlian yang memiliki grade tinggi. 4. Tipe 2B : Pada tipe ini, berlian tersusun atas Karbon dengan sedikit persentase trace element berupa Boron sehingga menyebabkan warna yang dihasilkan berupa biru natural.   Berlian dinilai berdasarkan beberapa kategori, hal inilah yang disebut sebagai Diamond Grading. Penilaian-penilaian yang masuk di dalamnya adalah Carat, Cut, Color, Clarity, keempat komponen penilaian tersebut biasa disebut 4C. Carat mengindikasikan berat atau besaran dari suatu berlian, semakin besar suatu berlian akan semakin tinggi harganya. Cut merupakan faktor yang ditandai oleh potongan dari berlian tersebut, skala penilaian Cut terdiri dari rentang Excellent hingga Poor, jenis potongan juga berpengaruh terhadap nilai berlian sebagaimana yang telah diketahui bahwa jenis potongan yang paling baik adalah Round Cut. Color merupakan penilaian yang menggunakan warna dari suatu berlian sebagai patokannya dengan rentang penilaian menggunakan huruf dari dimulai oleh huruf D hingga Z, huruf D mengartikan bahwa berlian tersebut tidak memiliki warna (Colourless) yang dapat menyebabkan harga berlian tersebut semakin tinggi. Yang terakhir adalah Clarity, Clarity adalah penilaian terhadap kejernihan dari suatu berlian, berlian akan dianggap sangat baik apabila memiliki Clarity Flawless dan Internal Flawless yang berada sedikit di bawahnya, setelah itu berlian akan dinilai dengan rentang VVS1 hingga I3.       REFERENSI Shirey, S. B. & Smit, K. V. (2019). Kimberlite: Earth’s Diamond Delivery System. GIA: Gems & Gemology, Summer 2019, Vol. 55, No. 2.  Shirey, S. B. & Smit, K. V. (2018). Diamonds from the Deep: How Do Diamonds Form in the Deep Earth?. GIA: Gems & Gemology, Winter 2018, Vol. 54, No. 4. 

Geological Setting Proses Magmatik Beryl Di Bumi

Geological Setting Magmatik Proses Beryl Di Bumi   Precious Gemstones Emerald atau Zamrud yang terbentuk dari mineral penyusunnya adalah Beryl, merupakan salah satu mineral yang terbentuknya diperlukan kondisi yang khusus. Pada kasus Batu mulia Emerald ini, yang salah satunya terkenal adalah di Kolombia, ini merujuk bahwa Kolombia adalah salah satu penghasil Emerald terbesar, Kolombia memiliki deposit primer terbentuknya mineral Beryl dengan pengotornya yaitu Kromium (Kr) dan/atau Vanadium (V). Untuk membentuk deposit batuan primer (Kimberlite) bergantung pada Geological Setting, sehingga tidak semua negara dapat menghasilkan Emerald tersebut. Pada kali ini G-Article akan membahas deposit primer Emerald yang terbentuk di berbagai negara.   Berdasarkan klasifikasi yang dibuat oleh Giuliani, G (2019) bahwa deposit primer Beryl dibagi menjadi dua klasifikasi utama yaitu :  1. Tipe Tektonik akibat Metamorfik, dibagi menjadi empat subtipe yaitu : M-UMR, Contoh di Brazil, Australia Batuan Sedimen Black Shales, Contoh di Kolombia, Kanada, USA Batuan Metamorfik, Contoh di China, Afghanistan, USA Batuan Metamorfik yang terkena Intrusi Granitik, Contoh di Austria, Mesir, Pakistan   2. Tipe Tektonik akibat Magmatik, dibagi menjadi tiga subtipe yaitu :  Batuan Mafik-ultramafik, Contoh Brazil, Zambia, Rusia Batuan Sedimen terkena hidrotermal, Contoh China, Kanada, Kazakhstan, Australia Batuan Granitik, Contoh di Nigeria   Pada pembahasan ini yang di highlight adalah pembentukan Emerald berdasarkan tipe tektonik yang diakibatkan oleh proses magmatik yang menjadi indikator utamanya. Pada umumnya, pembentukan Zamrud yang diakibatkan oleh proses magmatik dibagi menjadi tiga berdasarkan batuan induknya.   Tipe IA  Merupakan tipe deposit Zamrud yang paling umum dan banyak, terbentuk akibat proses magmatik yang dimana terdapat batuan Granit plutonik (mengandung Be, F, Li, W, B) yang mengalami melting dan membentuk vein Pegmatite yang mengintrusi tubuh dari batuan induknya yakni batuan Mafic atau Ultramafic (mengandung Cr, V, Sc, Mg, Ca). Intrusi vein tersebut akan berinteraksi dengan tubuh dari batuan induknya berupa sirkulasi fluida sehingga mengubah batuan M-UM dan batuan Pegmatite sehingga presipitasi Zamrud dapat terjadi.   Tipe IB Merupakan tipe deposit Zamrud yang tersebar pada kawasan di Cina, Kanada, Kazakhstan, dan lain sebagainya. Proses magmatik pada batuan ini terjadi pada batuan sedimen yang terintrusi oleh magma yang menyuplai Beryllium dan panas untuk dapat terjadinya mineralisasi Beryl.   Tipe IC Merupakan tipe deposit yang sejauh ini hanya ditemukan di Nigeria yang terbentuk pada batuan induk Granitoid (batuan beku pluton yang tersusun oleh mayoritas kuarsa dan feldspar serta memiliki butiran berukuran besar). Pada tipe ini terjadi proses albitisasi (mineral feldspar tergantikan oleh mineral albite) yang merubah batuan induk tersebut dan menyebabkan mineral baru terbentuk sehingga menghasilkan Zamrud bersama dengan kuarsa, topaz, dan feldspar.   Proses geologi yang terlibat pada proses pembentukan Zamrud akan berpengaruh terhadap karakteristik Zamrud yang dihasilkan. Perbedaan karakteristik antar masing-masing Zamrud dapat terlihat seperti pada Zamrud yang berasal dari Zambia dan Kolombia. Zamrud Zambia berasal dari setting geologi yang dimana Zamrud tersebut berasal dari batuan Komatiite yang tidak hanya menyediakan Cr tetapi juga menyebabkan banyaknya unsur Fe pada kandungan Zamrud yang dihasilkan, unsur Fe tersebut akan memberikan efek warna hijau yang lebih gelap dan kebiruan. Sementara itu, pada kasus Zamrud Kolombia, fluida hidrotermal yang melewati rekahan hingga menuju ke permukaan akan bertemu dengan Black Shale yang mengandung karbon sehingga menimbulkan interaksi yang akan mengubah sulfat dan besi menjadi pirit. Penghilangan unsur besi ini mengakibatkan warna hijau yang dihasilkan oleh Zamrud Kolombia berwarna hijau terang dibandingkan dengan Zamrud Zambia.     REFERENSI   Gaston, G & Lee, A. Geological Institute of America (GIA). (2019). “Geology of Corundum and Emerald Gem Deposits : a Review.  Giuliani, G., Groat, L., Marshall, D., & Fallick, E. (2019). “ Emerald Deposits : A Review and Enhanced Classification”. Minerals. MDPI Publication. 105;hh 2-63. Peter, G. (2005). Gemmology Third Edition. Elsevier Publish : Oxford. Peter, G. (1984). Beginner’s Guide to Gemmology. Heinemann Professional Publishing : London. Schmetzer, K. (2022). “ History of Emerald Mining In The Habachtal Deposit of Austria”. Gems & Gemology Spring 2022. Vol LVIII.  

Genesa dan Origin Batu Mulia Ruby dan Sapphire (Mineral Korundum)

Genesa Mineral Batu Mulia Ruby dan Sapphire Syarat utama pembentukan Korundum yang memiliki kualitas untuk dapat dijadikan batu permata adalah pada batuan host rock nya harus kaya akan unsur Aluminum (Al) dan minimnya kandungan unsur Silikon (Si). Karena kandungan unsur inilah yang membentuk mineral Korundum. Pembentukan Corundum dapat dibagi menjadi 2 tipe yakni secara magmatik dan metamorfik. Pada tipe yang pertama yakni secara magmatik, proses diawali oleh fenomena geologi dengan skala regional yaitu Mantle Upwelling yang terjadi akibat gaya ekstensional yang menyebabkan penipisan kerak. Akibat kerak yang menipis akan menyebabkan magma melakukan intrusi dan mengendap membentuk Pluton (Intrusi magma yang mendingin dengan skala besar). Pada Pluton tersebut akan mengalami kristalisasi yang membentuk mineral korundum bersamaan dengan unsur-unsur pembentuk Ruby (Cr) ataupun Sapphire (Fe & Ti). Hal ini dapat terjadi pada magma yang membeku secara perlahan yang terdapat pada batuan Alkali Basalt dan Syenite (Batuan yang kandungan Si minimum). Sehingga ketika tidak ada unsur-unsur Trace (Cr, Fe, Ti) maka hanya akan membentuk sebuah mineral korundum tanpa ada warna pengotornya. Pada tipe kedua, proses metamorfisme berperan dalam membentuk kristal korundum. Terdapat 2 tipe pada jenis ini yakni endapan Sensu stricto dan proses metasomatisme.  Pada tipe yang pertama, metamorfisme terjadi akibat suhu (620-670 derajat Celsius) dan tekanan (2,6 - 3,3 Kilobar). Metamorfisme ini tersebar pada batuan marmer, terdapat pada vein, dan dapat berasosiasi dengan orthoclase, graphite, dll. Elemen Al dan Cr yang dibutuhkan untuk proses kristalisasi didapatkan dari batuan marmer tersebut. Pada tipe yang kedua dari jenis ini, terjadi proses metasomatisme yang disebabkan oleh sirkulasi fluida yang menyebabkan penambahan dan pengurangan mineral yang terkandung pada batuan. Metasomatisme pada kasus pembentukan Ruby dan Sapphire berperan dalam proses desilikasi atau penghilangan kuarsa serta difusi unsur Si dari batuan Pegmatit menuju batuan ultramafik.   Origin Batu Mulia Ruby  Pada batu mulia Ruby yang terkenal berasal dari Asia seperti pada negara Afganistan, Burma, Pakistan, Vietnam, Sri Lanka, dan Tajikistan yang deposit korundum Ruby terbentuk oleh batuan metamorfisme Batu Gamping yang menjadi Marmer. Pada bodi batuan marmer sering ditemukannya batu mulia Ruby yang terbentuk akibat proses metamorfik tersebut. Selain batu mulia Ruby yang berasal dari Burma, Pakistan, Vietnam, Sri Lanka, Tajikistan, terdapat juga Ruby yang Originnya sendiri berasal dari batuan metamorf Amfibolite, warna kemerahannya cukup berbeda dari Ruby yang berasal dari metamorfik batuan marmer. Hal ini yang terjadi pada Negara Afrika, karena geological setting tersebut yang membentuk batuan metamorfik amfibolit. Contohnya pada Tanzania, Kenya, Madagaskar, dan Mozambik   Origin Batu Mulia Sapphire Pada batu mulia Ruby yang terkenal berasal dari Asia seperti pada negara Afganistan, Burma, Pakistan, Vietnam, Sri Lanka, dan Tajikistan yang deposit korundum Ruby terbentuk oleh batuan metamorfisme Batu Gamping yang menjadi Marmer. Pada bodi batuan marmer sering ditemukannya batu mulia Ruby yang terbentuk akibat proses metamorfik tersebut.             REFERENSI   Gaston, G & Lee, A. Geological Institute of America (GIA). (2019). “Geology of Corundum and Emerald Gem Deposits : a Review.    Giuliani, G., Groat, L., Marshall, D., & Fallick, E. (2019). “ Emerald Deposits : A Review and Enhanced Classification”. Minerals. MDPI Publication. 105;hh 2-63.   Peter, G. (2005). Gemmology Third Edition. Elsevier Publish : Oxford.   Peter, G. (1984). Beginner’s Guide to Gemmology. Heinemann Professional Publishing : London.   Schmetzer, K. (2022). “ History of Emerald Mining In The Habachtal Deposit of Austria”. Gems & Gemology Spring 2022. Vol LVIII.    

Geological Setting Proses Metamorfik Beryl Di Bumi

Precious Gemstones Emerald atau Zamrud yang terbentuk dari mineral penyusunnya adalah Beryl, merupakan salah satu mineral yang terbentuknya diperlukan kondisi yang khusus. Pada kasus Batu mulia Emerald ini, yang salah satunya terkenal adalah di Kolombia, ini merujuk bahwa Kolombia adalah salah satu penghasil Emerald terbesar, Kolombia memiliki deposit primer terbentuknya mineral Beryl dengan pengotornya yaitu Kromium (Kr) dan/atau Vanadium (V). Untuk membentuk deposit batuan primer (Kimberlite) bergantung pada Geological Setting, sehingga tidak semua negara dapat menghasilkan Emerald tersebut. Pada kali ini G-Article akan membahas deposit primer Emerald yang terbentuk di berbagai negara. Berdasarkan klasifikasi yang dibuat oleh Giuliani, G (2019) bahwa deposit primer Beryl dibagi menjadi dua klasifikasi utama yaitu :  Tipe Tektonik akibat Metamorfik, dibagi menjadi empat subtipe yaitu : M-UMR, Contoh di Brazil, Australia Batuan Sedimen Black Shales, Contoh di Kolombia, Kanada, USA Batuan Metamorfik, Contoh di China, Afghanistan, USA          2. Tipe Tektonik akibat Magmatik, dibagi menjadi tiga subtipe yaitu :  Batuan Mafik-ultramafik, Contoh Brazil, Zambia, Rusia, Pakistan Batuan Sedimen terkena hidrotermal, Contoh China, Kanada, Kazakhstan, Australia Batuan Granitik, Contoh di Nigeria   Pada pembahasan ini yang di highlight adalah pembentukan Emerald berdasarkan tipe tektonik yang diakibatkan oleh proses metamorfik yang menjadi indikator utamanya.   Sub-Tipe Metamorfisme pada batuan M-UMR (Mafic Ultramafic Rock) Subtipe ini terjadi pada daerah tektonik yang tinggi, atau berada di zona sesar yang pada area ini terdapat batuan beku mafik hingga ultramafik. Pada kasus di Pakistan yang terdapat Suture Zone hasil dari terjadinya kolisi oleh lempeng benua menabrak lempeng benua, sehingga membentuk zona Ofiolit dan terdapat batuan beku mafik - ultramafik. Akibat dari setting tektonik yang tinggi (Kolisi), menyebabkan daerah dominan sesar akibat proses metamorfisme yang tinggi, sehingga banyak rekahan pada area tersebut. Pembentuk Emeraldnya sendiri karena adanya proses metasomatisme (Perubahan mineral batuan akibat kontak Metamorphic fluids) oleh rekahan yang terbentuk. Pada fluida metamorfik tersebutlah yang membawa  unsur Si, Be, K, dan Ca. Lalu pada unsur Kromiumnya hasil melelehnya Serpentinit akibat fluida metamorfik tersebut dan memecah unsur Cr pada batuan Serpentinit. Sehingga ketika batuan Serpentinite bertemu dengan fluida tersebut akan mengalami kristalisasi dan membentuk Beryl dengan adanya unsur Cr. Selain di Pakistan, ini juga didapatkan di Austria dan Brazil. Berdasarkan analisis geokimia antara Kromium, Vanadium, dan Fe. Bahwa subtipe ini memiliki sifat Emerald tinggi pada kandungan Fe dikarenakan hasil tabrakan dari lempeng benua yang kaya akan kandungan Fe. Pada hal ini yang membedakan Emerald yang terbentuk pada subtipe ini dengan subtipe yang lain adalah berdasarkan warnanya yang Hijau cukup gelap akibat cukup tingginya unsur Fe.   Sub-Tipe Metamorfisme pada batuan sedimen  Pada batuan sedimen dapat juga terbentuk Emerald yang dapat berasal dari suksesi batupasir, batugamping, Blackshales, dan evaporit. Salah satu pembentuk Emerald yang unik yaitu di Kolombia, dimana Host rocknya merupakan batuan sedimen Black shales yang berumur 140 - 100 juta tahun yang lalu, terbentuknya Emerald dikarenakan adanya pertemuan antara Batuan sedimen pada contohnya, Black shales bertemu dengan fluida hidrotermal dan adanya tekanan yang rendah  menyebabkan terjadinya proses kimia yaitu rekristalisasi, dan pada saat itu terbentuk Beryl dengan kandungan Kromium yang rendah hingga intermediet. Menjadi kemungkinan Emerald yang dihasilkan berwarna cenderung Hijau terang. Black Shales dan Evaporit merupakan batuan yang terbentuk pada sedimen dasar laut yang memiliki salinitas tinggi. Salah satu keunikan Emerald yang terbentuk berdasarkan metamorfik sedimen ini adalah adanya inklusi oleh kristal kubik halit (Sodium Klorida) dan juga gelembung uap gas yang terperangkap.   Sub-Tipe Metamorfisme pada Batuan Metamorf Pada batuan metamorfik yang salah satu kasusnya ada di Afganistan, yaitu Deposit Emerald Panjsher yang berlokasi di Lembah Panjsher. Deposit ini ditemukannya Emerald berupa batuan-batuan metamorfik yang dikategorikan metamorfik menengah hingga tinggi. Contohnya ditemukannya Emerald pada batuan Migmatite, Gneiss, Schist, Marmer, dan juga amfibolit. Tipe metamorfik ini terbentuk akibat proses penekanan atau yang dinamakan Burial yang memiliki kedalaman kurang lebih 15 Km, sehingga pada kedalaman tersebut memberikan dampak suhu yang panas dari 300’C hingga 800’C dengan tekanan 2 -12 Kilobar. Contoh pada kasus pada batuan mafik ultramafik yang mengandung mineral Hornblende, piroksen, dan amfibol, ketika mengalami suhu 600’C dan tekanan 8 Kilobar, maka batuan tersebut akan mengalami metamorfik regional, sebagian mineral mengalami kristalisasi membentuk batuan baru yaitu Amfibolite. Pada proses rekristalisasi inilah yang menyebabkan mineral terbentuk pada batuan metamorf ini. Umumnya para proses rekristalisasi terdapat pertemuan Kromium dengan mineral Beryl, sehingga membentuk Emerald Gemstones.         REFERENSI   Gaston, G & Lee, A. Geological Institute of America (GIA). (2019). “Geology of Corundum and Emerald Gem Deposits : a Review.    Giuliani, G., Groat, L., Marshall, D., & Fallick, E. (2019). “ Emerald Deposits : A Review and Enhanced Classification”. Minerals. MDPI Publication. 105;hh 2-63.   Peter, G. (2005). Gemmology Third Edition. Elsevier Publish : Oxford.   Peter, G. (1984). Beginner’s Guide to Gemmology. Heinemann Professional Publishing : London.   Schmetzer, K. (2022). “ History of Emerald Mining In The Habachtal Deposit of Austria”. Gems & Gemology Spring 2022. Vol LVIII.  

Genesa Batu Mulia Emerald (Zamrud)

Salah satu penyebab kelangkaan dari Emerald adalah dibutuhkan seluruh unsur penyusun mineral Beryl (Si,Al,O,Be) yang biasa terdapat pada kerak benua yang harus dipertemukan dengan zat pengotornya Kromium dan Vanadium (Cr dan V) yang biasa ditemukan pada kerak samudera yang bersifat basalt.    Terdapat dua model proses alami yang dapat menjelaskan keterbentukan dari Emerald, yakni pada model pertama yang menggunakan suhu tinggi dan model yang kedua yang menggunakan suhu lebih rendah. Pada model yang pertama, dapat dijelaskan bahwa proses diawali dari intrusi magma terhadap batuan samudera yang bersifat basal (yang nantinya akan berperan sebagai host rock). Bagian luar dari intrusi magma tersebut akan mengeras dan membentuk kerak yang akan menjadi lapisan luar. Magma yang berada di dalam lapisan tersebut akan bergerak secara intrusi keluar dari lapisan tersebut dan membentuk rekahan-rekahan (fractures) pada Host rock nya. Fluida magma tersebut akan membawa elemen-elemen yang dibutuhkan ke dalam rongga-rongga (cavities) pada host rock yang nantinya akan mengalami reaksi kimia hidrotermal akan membentuk Emerald.    Salah satu Emerald yang terkenal terbentuk dari proses magmatik hidrotermal yang terjadi pada batuan mafik yaitu batuan Basal. Hal ini seperti yang terbentuk di Zambia, berikut kenampakan Emerald dari Zambia yang terbentuk dari Magmatik Hidrotermal dengan temperatur tinggi    Pada model yang kedua, proses diawali dengan sedimentasi yang menimbun endapan dari black shales, limestone, dan evaporites. Seiring berjalannya penimbunan ini, kedalaman dari lapisan akan bertambah sehingga menyebabkan naiknya tekanan dan suhu. Elemen-elemen seperti Chromium dan Vanadium yang berupa ion akan ikut terendapkan. Pada lapisan di kedalaman tertentu, akan terjadi deformasi tektonik yang menyebabkan terbentuknya rekahan sehingga menghasilkan porositas pada batuan. Air panas dapat mengalir menuju porositas tersebut melalui rekahan yang terbentuk. Apabila seluruh elemen yang dibutuhkan telah terpenuhi maka air panas tersebut akan mengoksidasi dan mengikat elemen besi menjadi molekul, sehingga kristalisasi Emerald dapat terjadi. Endapan Emerald yang berada di bawah permukaan dapat tersingkap lalu tertransportasi menjadi endapan placer (endapan batuan aluvial/sungai)   Salah satu Emerald yang terkenal terbentuk dari proses dari fluida hidrotermal yang terjadi pada batuan sedimen yaitu batuan seperti Black Shales dan Evaporit. Hal ini seperti yang terbentuk di Zambia, berikut kenampakan Emerald dari Kolombia yang terbentuk dari fluida hidrotermal dengan suhu cenderung rendah berinteraksi langsung dengan batuan sedimen.     

    Artikel Terpopuler

    BERILAN DAN IMITASINYA

    Penamaan untuk Berlian (Diamond) berasal dari bahasa Yunani ‘adamous’ yang berarti ‘unconquerable’ atau yang tak tertundukkan. Penamaan ini tak lepas dari fakta bahwa berlian adalah material terkeras yang pernah ditemukan manusia di muka bumi. Istilah kekerasan disini adalah mengacu pada tingkat ketahanan berlian untuk menahan segala macam goresan dari material lain selain berlian itu sendiri. Jadi pada akhirnya tidak ada material lain yang dapat menggores berlian kecuali berlian itu sendiri. Mengapa harga berlian relatif mahal? Berbagai macam faktor sangat mempengaruhi harga berlian, kelangkaan deposit di muka bumi dan faktor 4C (Color, Clarity, Cut, Carat) sangat berpengaruh di dalam penentuan harga berlian. Proses mendapatkan berlian dari tambang, jalur distribusi perusahaan-perusahaan seperti De Beers, Dominion Diamond Corporation, Rio Tinto, dll  proses perencanaan dan pemolesan yang kompleks, hingga dapat dipakai terikat dalam cincin di jari manis pasangan anda pun tidaklah mudah. Dari kombinasi faktor-faktor tersebut di atas, maka tak heran harga berlian menjadi mahal. Mengingat industri berlian ini sangat rumit dan membutuhkan biaya yang cukup besar untuk terjun didalamnya, maka manusia mencari cara alternatif untuk mendapatkan tiruan/imitasi berlian yang dapat dipakai dengan harga yang relatif lebih terjangkau. Batu-batu permata lain baik itu batu natural alam ataupun batu sintetik buatan pabrik dipakai sebagai subtitusi berlian. Perbandingan karakteristik berlian dan imitasi/tiruan yang sering dipakai dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :  Sumber: AIGS Gem Identification 2012 AIGS Diamond Grading and Pricing 2012 Gambar dari berbagai sumber    

    Quartz

    Kuarsa adalah salah satu mineral yang umum ditemukan di kerak kontinen bumi. Mineral ini memiliki struktur kristal heksagonal yang terbuat dari silika trigonal terkristalisasi (silikon dioksida, SiO2), dengan skala kekerasan mohs 7, indek bias 1.544 – 1.553 dan berat jenis 2,65 g/cm³. Bentuk umum kuarsa adalah prisma segienam yang memiliki ujung piramida segienam.                 Berikut adalah varietas -varietas dari spesies kuarsa (quartz) :

    CHALCEDONY DAN VARIETASNYA

    Chalcedony merupakan bentuk cryptocrystalline dari Quartz. Chalcedony banyak ditemukan di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia, salah satunya adalah Chrysocolla-Chalcedony yang populer dengan nama batu bacan. Chalcedony memiliki bentuk kristal sistem hexagonal (trigonal) dalam ukuran cryptocrystalline, dengan komposisi kimia SiO2, indek bias 1.53 atau 1.54 (spot reading), berat jenis 2.60 (+ .10,- .05),  serta tingkat kekerasan 6.5 – 7.0 skala mohs. Berikut adalah varietas -varietas dari spesies chalcedony : Sumber : 1. GIA Gem Reference Guide 2. Gambar dari berbagai sumber di internet

    JADE

    Jade atau sering disebut dengan Giok oleh masyarakat Indonesia adalah material batu mulia terkuat (tough) yang pernah dikerjakan oleh manusia untuk dijadikan karya seni baik berupa pahatan, ornamen, ataupun sebagai batu mulia perhiasan. Material Jade terkenal kuat karena adanya kristal-kristal kecil pembentuknya yang saling mengunci satu dengan yang lain. Penamaan Jade berasal dari bahasa Spanyol piedra de hijada (yang kira-kira berarti berguna untuk mengobati penyakit ginjal). Sampai saat ini hanya dua mineral yang bisa dikategorikan sebagai Jade asli, yaitu Nephrite-Jade dan Jadeite-Jade. Nephrite-Jade adalah varietas berserat compact dari famili actinolite-tremolite yang berasal dari grup mineral amphibole. Material ini banyak ditemukan di seluruh penjuru dunia seperti : New Zealand, Canada, China, Amerika Serikat, Indonesia. Warnanya bervariasi dari hijau muda sampai hijau gelap, kuning sampai ciklat, abu-abu, dan hitam. Ciri khususnya adalah seringkali ditemukan bintik-bintik hitam di dalamnya apabila dilihat dalam pembesaran. Jadeite-Jade mempunyai unsur kimia NaAl(SiO3)2 yaitu Sodium Aluminum Silicate. Jadeite-Jade relatif lebih mahal harganya dari ‘saudaranya’ Nephrite-Jade karena lebih langka ditemukan untuk kualitas batu mulia. Kombinasi faktor utama penentuan kualitas dan harga dari Jadeite-Jade adalah dari : Intensitas warna, transparansi dan tekstur. Range warna dari Jadeite-Jade cukup bervariasi dari putih sampai abu-abu pucat, hijau kekuning-kuningan sampai hijau kebiru-biruan (warna hijau zamrut), violet (ungu tua), kuning, merah, coklat, dan hitam. Daerah penghasil kualitas batu mulia antara lain : Myanmar, Guatemala, Jepang, Amerika Serikat, Rusia. Sumber : AIGS Gem Identification 2012 Gems, Sixth Edition, Michael O’Donoghue 2006 GIA Gems Reference Guide 2009 Gambar dari berbagai sumber

    Apa itu Batu Mulia

    Dari sekitar 3.000 mineral yang terdapat di alam semesta, hanya ada beberapa jenis mineral yang memiliki kualitas khusus yang biasa kita sebut sebagai batu mulia (gemstone). Dalam mempelajari dan mengidentifikasi batu mulia, para ilmuwan menerapkan prinsip-prinsip gemologi. Dalam ilmu gemologi, syarat suatu mineral agar bisa dikatakan sebagai batu mulia harus memiliki tiga kriteria pokok. Tiga kriteria pokok tersebut adalah Keindahan (beauty) Keindahan adalah faktor yang sangat penting. Batu mulia harus terlihat menarik dan memiliki warna yang indah. Faktor-faktor yang mempengaruhi keindahan antara lain: Kemilau permukaan ( luster) Warna (color) Dispersi (Dispersion) Transparansi (Transparency) Briliansi (Brilliancy)   Ketahanan (durability) Ketika batu mulia digunakan sebagai perhiasan yang dipakai sehari-hari, ia harus memiliki kemampuan untuk tetap mempertahankan keindahannya terhadap panas, bahan-bahan kimia, dan jangka waktu pemakaian. Faktor yang mempengaruhi durability antara lain kekerasan (hardness), ketangguhan/ keuletan (toughness), dan stabilitas (stability). Kelangkaan (rarity) Faktor yang tidak kalah penting dan menjadi kunci dalam penentuan harga adalah Kelangkaan. Hal ini berkaitan erat dengan hukum permintaan dan penawaran di pasar. Semakin langka batu mulia dan diperkirakan tidak akan ditemukan pusat pertambangan yang baru dalam waktu dekat, maka harga sebuah batu mulia bisa melambung sangat tinggi. Meskipun pemasaran (marketing) tetap menjadi bagian yang penting dalam penentuan harga dan pasar.