021 - 39838014

Genesa Endapan Emas

Emas merupakan salah satu logam mulia yang memiliki nilai tinggi. Emas memiliki karakteristik sectile (lunak, elastis, mudah dibentuk), warna yang menarik (kuning mengkilap tidak mudah memudar), tahan lama, konduktif, dan tahan terhadap panas yang tinggi. Sebanyak 65% emas digunakan untuk industri seni, seperti membuat perhiasan. Selain itu, emas juga digunakan untuk kehidupan sehari-hari seperti peralatan elektronik, uang, medali, kedokteran gigi, dan masih banyak lagi. Emas sendiri termasuk kedalam logam transisi yang bersifat lunak kekerasannya berkisar antara 2,5 – 3 Mhos. Karena sifatnya yang relatif lunak, emas akan dicampur dengan logam lain seperti platinum, iridium, nikel, atau zink. Untuk itu perlu adanya ukuran kemurnian emas yaitu karat. Karat merupakan unit sama dengan 1/24 bagian dari emas murni dalam alloy (emas yang dipadukan dengan logam lain). Dengan demikian, emas 24 karat (24K) adalah emas murni. Sedangkan emas 18 karat berarti bahwa material tersebut tersusun atas 18 bagian emas murni dan 6 bagian berupa logam lainnya, atau bisa disebut kandungan emasnya sebesar 75% (18/24). Emas sebagai salah satu logam tertua yang digunakan oleh manusia, telah ditambang sejak tahun 2000 sebelum masehi oleh bangsa-bangsa di dataran Mesir (Mesir, Sudan, dan Arab Saudi). Sedangkan untuk deposit emas terbesar ditemukan di Precambrian Witwatersrand, Afrika Selatan. Indonesia juga memiliki potensi endapan emas hampir di setiap daerah Indonesia, seperti Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Kepulauan Riau, Pulau Kalimantan, Pulau Jawa, Pulau Sulawesi, Nusa Tenggara, Mauku, dan Papua. Indonesia juga pernah menjadi penghasil emas terbesar di Asia Tenggara sebelum Perang Dunia II.  Emas di alam ditemukan dalam dua tipe, yaitu endapan primer dan endapan sekunder (placer). Endapan emas primer terbentuk bersamaan dengan proses pembentukan batuan. Endapan tipe ini terbentuk akibat adanya proses magmatisme. Pada proses magmatisme ini magma mengalami diferensiasi sehingga akan terbentuk endapan mineral sulfida dan oksida. Sebelum kristalisasi berakhir akan terbentuk larutan sisa magma yang mudah bergerak (larutan hidrotermal). Larutan hidrotermal (air magmatik) ini membawa ion sulfida, ion klorida, ion natrium, dan ion kalium yang mengangkut logam emas ke permukaan. Larutan hidrotermal tersebut naik ke atas permukaan melalui zona struktur seperti patahan, sesar, rekahan, dan kontak lithologi. Ketika larutan hidrotermal bercampur dengan air meteorik akan terjadi pendinginan yang menyebabkan ion sulfida dan ion klorida yang membawa emas terendapkan. Endapan ini membentuk urat-urat (vein) sesuai bentuk rongga yang ada.   Endapan emas sekunder atau yang lebih dikenal sebagai endapan emas aluvial merupakan emas yang diendapkan bersamaan dengan endapan sedimen. Endapan ini terbentuk akibat proses oksidasi dan sirkulasi air yang terjadi pada endapan emas primer. Proses tersebut menyebabkan mineral emas terlepas dan terendapkan kembali pada rongga-rongga batuan atau pori batuan. Proses erosi yang terjadi ini menghasilkan endapan emas aluvial/placer. Butiran emas pada endapan sekunder cenderung lebih besar dibandingkan dengan butiran endapan primer.      Referensi: Bateman, A.M. & Jensen, M.L., 1981. Economic Deposits, John Wiley & Sons, Inc, Canada, 261 - 268. Goldfarb, R. J., Groves, D. I., & Gardoll, S. (2001). Orogenic gold and geologic time: a global synthesis. Ore geology reviews, 18(1-2), 1-75. Liu, J., Dai, H., Zhai, D., Wang, J., Wang, Y., Yang, L., ... & Li, Q. (2015). Geological and geochemical characteristics and formation mechanisms of the Zhaishang Carlin-like type gold deposit, western Qinling Mountains, China. Ore Geology Reviews, 64, 273-298. Phillips, G. N., & Powell, R. (2009). Formation of gold deposits: Review and evaluation of the continuum model. Earth-Science Reviews, 94(1-4), 1-21.

    Artikel Terpopuler

    BERILAN DAN IMITASINYA

    Penamaan untuk Berlian (Diamond) berasal dari bahasa Yunani ‘adamous’ yang berarti ‘unconquerable’ atau yang tak tertundukkan. Penamaan ini tak lepas dari fakta bahwa berlian adalah material terkeras yang pernah ditemukan manusia di muka bumi. Istilah kekerasan disini adalah mengacu pada tingkat ketahanan berlian untuk menahan segala macam goresan dari material lain selain berlian itu sendiri. Jadi pada akhirnya tidak ada material lain yang dapat menggores berlian kecuali berlian itu sendiri. Mengapa harga berlian relatif mahal? Berbagai macam faktor sangat mempengaruhi harga berlian, kelangkaan deposit di muka bumi dan faktor 4C (Color, Clarity, Cut, Carat) sangat berpengaruh di dalam penentuan harga berlian. Proses mendapatkan berlian dari tambang, jalur distribusi perusahaan-perusahaan seperti De Beers, Dominion Diamond Corporation, Rio Tinto, dll  proses perencanaan dan pemolesan yang kompleks, hingga dapat dipakai terikat dalam cincin di jari manis pasangan anda pun tidaklah mudah. Dari kombinasi faktor-faktor tersebut di atas, maka tak heran harga berlian menjadi mahal. Mengingat industri berlian ini sangat rumit dan membutuhkan biaya yang cukup besar untuk terjun didalamnya, maka manusia mencari cara alternatif untuk mendapatkan tiruan/imitasi berlian yang dapat dipakai dengan harga yang relatif lebih terjangkau. Batu-batu permata lain baik itu batu natural alam ataupun batu sintetik buatan pabrik dipakai sebagai subtitusi berlian. Perbandingan karakteristik berlian dan imitasi/tiruan yang sering dipakai dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :  Sumber: AIGS Gem Identification 2012 AIGS Diamond Grading and Pricing 2012 Gambar dari berbagai sumber    

    Quartz

    Kuarsa adalah salah satu mineral yang umum ditemukan di kerak kontinen bumi. Mineral ini memiliki struktur kristal heksagonal yang terbuat dari silika trigonal terkristalisasi (silikon dioksida, SiO2), dengan skala kekerasan mohs 7, indek bias 1.544 – 1.553 dan berat jenis 2,65 g/cm³. Bentuk umum kuarsa adalah prisma segienam yang memiliki ujung piramida segienam.                 Berikut adalah varietas -varietas dari spesies kuarsa (quartz) :

    CHALCEDONY DAN VARIETASNYA

    Chalcedony merupakan bentuk cryptocrystalline dari Quartz. Chalcedony banyak ditemukan di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia, salah satunya adalah Chrysocolla-Chalcedony yang populer dengan nama batu bacan. Chalcedony memiliki bentuk kristal sistem hexagonal (trigonal) dalam ukuran cryptocrystalline, dengan komposisi kimia SiO2, indek bias 1.53 atau 1.54 (spot reading), berat jenis 2.60 (+ .10,- .05),  serta tingkat kekerasan 6.5 – 7.0 skala mohs. Berikut adalah varietas -varietas dari spesies chalcedony : Sumber : 1. GIA Gem Reference Guide 2. Gambar dari berbagai sumber di internet

    JADE

    Jade atau sering disebut dengan Giok oleh masyarakat Indonesia adalah material batu mulia terkuat (tough) yang pernah dikerjakan oleh manusia untuk dijadikan karya seni baik berupa pahatan, ornamen, ataupun sebagai batu mulia perhiasan. Material Jade terkenal kuat karena adanya kristal-kristal kecil pembentuknya yang saling mengunci satu dengan yang lain. Penamaan Jade berasal dari bahasa Spanyol piedra de hijada (yang kira-kira berarti berguna untuk mengobati penyakit ginjal). Sampai saat ini hanya dua mineral yang bisa dikategorikan sebagai Jade asli, yaitu Nephrite-Jade dan Jadeite-Jade. Nephrite-Jade adalah varietas berserat compact dari famili actinolite-tremolite yang berasal dari grup mineral amphibole. Material ini banyak ditemukan di seluruh penjuru dunia seperti : New Zealand, Canada, China, Amerika Serikat, Indonesia. Warnanya bervariasi dari hijau muda sampai hijau gelap, kuning sampai ciklat, abu-abu, dan hitam. Ciri khususnya adalah seringkali ditemukan bintik-bintik hitam di dalamnya apabila dilihat dalam pembesaran. Jadeite-Jade mempunyai unsur kimia NaAl(SiO3)2 yaitu Sodium Aluminum Silicate. Jadeite-Jade relatif lebih mahal harganya dari ‘saudaranya’ Nephrite-Jade karena lebih langka ditemukan untuk kualitas batu mulia. Kombinasi faktor utama penentuan kualitas dan harga dari Jadeite-Jade adalah dari : Intensitas warna, transparansi dan tekstur. Range warna dari Jadeite-Jade cukup bervariasi dari putih sampai abu-abu pucat, hijau kekuning-kuningan sampai hijau kebiru-biruan (warna hijau zamrut), violet (ungu tua), kuning, merah, coklat, dan hitam. Daerah penghasil kualitas batu mulia antara lain : Myanmar, Guatemala, Jepang, Amerika Serikat, Rusia. Sumber : AIGS Gem Identification 2012 Gems, Sixth Edition, Michael O’Donoghue 2006 GIA Gems Reference Guide 2009 Gambar dari berbagai sumber

    Apa itu Batu Mulia

    Dari sekitar 3.000 mineral yang terdapat di alam semesta, hanya ada beberapa jenis mineral yang memiliki kualitas khusus yang biasa kita sebut sebagai batu mulia (gemstone). Dalam mempelajari dan mengidentifikasi batu mulia, para ilmuwan menerapkan prinsip-prinsip gemologi. Dalam ilmu gemologi, syarat suatu mineral agar bisa dikatakan sebagai batu mulia harus memiliki tiga kriteria pokok. Tiga kriteria pokok tersebut adalah Keindahan (beauty) Keindahan adalah faktor yang sangat penting. Batu mulia harus terlihat menarik dan memiliki warna yang indah. Faktor-faktor yang mempengaruhi keindahan antara lain: Kemilau permukaan ( luster) Warna (color) Dispersi (Dispersion) Transparansi (Transparency) Briliansi (Brilliancy)   Ketahanan (durability) Ketika batu mulia digunakan sebagai perhiasan yang dipakai sehari-hari, ia harus memiliki kemampuan untuk tetap mempertahankan keindahannya terhadap panas, bahan-bahan kimia, dan jangka waktu pemakaian. Faktor yang mempengaruhi durability antara lain kekerasan (hardness), ketangguhan/ keuletan (toughness), dan stabilitas (stability). Kelangkaan (rarity) Faktor yang tidak kalah penting dan menjadi kunci dalam penentuan harga adalah Kelangkaan. Hal ini berkaitan erat dengan hukum permintaan dan penawaran di pasar. Semakin langka batu mulia dan diperkirakan tidak akan ditemukan pusat pertambangan yang baru dalam waktu dekat, maka harga sebuah batu mulia bisa melambung sangat tinggi. Meskipun pemasaran (marketing) tetap menjadi bagian yang penting dalam penentuan harga dan pasar.