021 - 39838014

Berlian Kalimantan (Keterbentukan)

Berlian kalimantan terbentuk pada kedalaman 120 - 180 km di bawah permukaan tanah dengan temperatur 930 - 1250⁰C dan tekanan 4,2 - 6 GPa. Berlian ini diperkirakan berumur 1,2 - 1,6 miliar tahun. Berlian Kalimantan saat ini baru ditemukan dalam bentuk secondary deposit, untuk primary igneous host rock (kimberlite atau lamproite) masih belum ditemukan. Berlian Kalimantan dapat dijumpai pada alluvial deposit di Sungai Landak Kalimantan Barat, Sungai Barito Kalimantan Tengah, Banjarmasin-Martapura Kalimantan Selatan. Berlian Kalimantan ditransportasikan melalui sungai-sungai tersebut yang berakhir di Danau Seran dan Danau Cempaka. Berlian Kalimantan sendiri dibagi menjadi 5 grup berdasarkan morfologi, CL properties, kelimpahan nitrogen, dan karakter aggregation. Kelima grup ini ditemukan di semua lokasi Kalimantan kecuali “Cube Combination Forms” yang hanya ditemukan di Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan. Grup “Diver’s Helmet” lebih umum ditemukan di Kalimantan Timur. Grup “Browns” banyak ditemukan di Kalimantan Barat. Sedangkan grup “Yellow” lebih umum ditemukan di Kalimantan Timur.  Berlian umumnya ditemukan pada batuan berumur Precambrian (>500 juta tahun lalu) bersamaan dengan kimberlite atau lamproite. Namun, batuan yang membawa berlian kalimantan memiliki umur yang relatif lebih muda.  Meski umur batuan Kalimantan relatif muda, tetapi proses kolisi (tumbukan antar lempeng benua) yang pernah terjadi menghasilkan produk batuan yang kompleks. Proses kolisi tersebut juga menyebabkan batuan dasar Kalimantan mengandung pecahan lithosphere yang berasal dari Gondwanaland. Penelitian yang telah dilakukan Taylor et al. (1990), mengungkapkan bahwa berlian Kalimantan memiliki kondisi thermal sama dengan Ellendale dan Copeton di Australia. Lebih dari itu, keterbentukan Berlian Kalimantan termasuk kedalam berlian peridotitic sama seperti Ellendale ‘pipe’ di Australia. Berlian tersebut berasal dari lithosphere subcontinental Asia Tenggara dan Australia sebelah barat laut yang merupakan bagian dari Gondwanaland. Sehingga berlian yang ada di Kalimantan dan Australia bagian barat laut diperkirakan berasal dari sumber yang sama yaitu berupa lamproite. Meski demikian, morfologi dan fitur berlian Kalimantan berbeda dengan berlian Australia (baik yang berasal dari kimberlite, lamproite, dan alluvial).  Sumber berlian Kalimantan dipercaya berasal dari Pamali Breccias. Pamali Breccias merupakan material hasil erosi Bobaris ophiolite berumur Late Cretaceous. Bobaris ophiolite di Kalimantan Tengah bisa saja menjadi kimberlite berlian Kalimantan, tetapi karakteristik yang dimiliki masih kurang apabila disebut sebagai kimberlite. Untuk itu perlu dilakukan studi lebih lanjut untuk mengetahui secara pasti sumber berlian kalimantan.    Referensi: Kadarusman, A., & Tbk, P. I. (2010). The origin of Borneo (Kalimantan) diamond: A summary. In Proceedings PIT IAGI Lombok. The 39th IAGI Annual Convention. Kueter, N., Soesilo, J., Fedortchouk, Y., Nestola, F., Belluco, L., Troch, J., ... & Driesner, T. (2016). Tracing the depositional history of Kalimantan diamonds by zircon provenance and diamond morphology studies. Lithos, 265, 159-176. Smith, C. B., Bulanova, G. P., Kohn, S. C., Milledge, H. J., Hall, A. E., Griffin, B. J., & Pearson, D. G. (2009). Nature and genesis of Kalimantan diamonds. Lithos, 112, 822-832. Spencer, L. K., David , S., Peter, C., & Robert, E. (1988). The Diamond Deposits of Kalimantan, Borneo.  Sun, T. T., Wathanakul, P., Atichat, W., Moh, L. H., Kern, L. K., & Hermanto, R. (2005). KALIMANTAN DIAMOND.

Berlian Kalimantan (Sejarah & Karakteristik)

Kalimantan merupakan satu-satunya daerah di Indonesia yang terdapat deposit berlian. Secara etimologi, Kalimantan sendiri berasal dari kata “kali” yang berarti sungai, “ma” bermaksud mas, dan “ntan” berarti intan, sehingga Kalimantan sering diartikan sebagai sungai yang kaya akan emas dan berlian/intan. Hal ini selaras dengan beragam jenis hasil tambang yang ditemukan pada endapan aluvial di sekitar sungai Kalimantan.  Berlian Kalimantan termasuk salah satu jenis berlian tertua (terkait eksplorasi) di dunia seperti India. Tambang berlian di Kalimantan memiliki sejarah panjang yang sudah dimulai sejak abad ke-6. Namun, hingga saat ini proses penambangan masih dilakukan secara tradisional dengan mengambil secara manual di sekitar sungai. Hal ini dikarenakan hasil studi eksplorasi pada 1985 menunjukkan deposit yang ditemukan walaupun bernilai secara ekonomi, tetapi tidak cukup besar untuk dapat dieksploitasi secara bisnis, sehingga sampai saat ini eksplorasi secara besar tidak pernah dilakukan.  Berlian Kalimantan umumnya memiliki ukuran yang relatif kecil, meski pernah ditemukan dengan ukuran >100 ct (166,75 ct). Berlian Kalimantan sebagian besar memiliki kualitas batu mulia dengan beragam warna seperti biru, pink, kuning, cokelat, dan colourless. Colorless, cokelat pucat, dan kuning pucat merupakan warna yang paling sering ditemukan. Berlian Kalimantan memiliki bentuk kristal (crystal habits) yang beragam, yaitu octahedron, tetrahexahedron, flatted tetrahexahedron, rounded tetrahexahedron, dodecahedron, dan macle. Berlian ini umumnya memiliki struktur internal yang homogen atau zonasi oktahedral. Terkadang ditemukan inklusi grafit dalam zonasi oktahedral yang ditafsirkan sebagai inti/pusat berlian. Inklusi grafit sering ditemukan pada berlian yang berasal dari kimberlite. Namun, di Kalimantan kimberlite  belum pernah ditemukan, hal ini dimungkinkan oleh karena tidak adanya eksplorasi dalam skala besar. Pada permukaan Berlian Kalimantan biasanya ditemukan fitur/tekstur berupa percussion scars, radioactivity generated spots, plastic deformation, dan fitur lainnya. Fitur percussion scar pada berlian menunjukkan proses yang mengenai berlian seperti reworking, reburial, dan redeposisional. Selain itu, fitur ini juga menunjukkan proses transportasi berlian yang terbawa ke permukaan melalui magma. Fitur radioactive spot menunjukkan bahwa berlian tersebut mengalami kontak dengan fluida radioaktif pada batuan porous yang berasosiasi dengan berlian. Umumnya fitur ini berwarna hijau, tetapi akan berubah menjadi cokelat ketika mendapatkan temperature tinggi. Fitur plastic deformation dapat berupa shield-shape lamina, lamination line, dan cross-hatched laminations. Fitur ini menunjukkan bahwa berlian mengalami deformasi plastis. (Plastic deformation dikenal sebagai sebuah proses yang dapat menghasilkan berlian warna pink), hal ini selaras dengan berlian warna pink yang diyakini ditemukan di Kalimantan. Ketika dilakukan uji cathodoluminescence Berlian Kalimantan akan menghasilkan warna hijau, biru, kuning dengan inti biru, biru dengan inti kuning, pita berwarna kuning dan biru, serta terkadang ditemukan bercak berwarna biru dan kuning. Reaksi/Warna biru hingga biru tua yang terbentuk menunjukkan bahwa berlian mengandung Nitrogen (tipe I). Hanya berlian bertipe I (memiliki kandungan Nitrogen) yang akan bereaksi ketika dilakukan uji cathodoluminescence, sedangkan berlian tipe II tidak akan bereaksi. Warna kuning hingga kuning kecoklatan yang terlihat diakibatkan oleh kandungan atom nitrogen. Selain itu, dapat ditemukan juga warna hijau ketika berlian telah mengalami deformasi plastis.    Refrensi: Kadarusman, A., & Tbk, P. I. (2010). The origin of Borneo (Kalimantan) diamond: A summary. In Proceedings PIT IAGI Lombok. The 39th IAGI Annual Convention. Kueter, N., Soesilo, J., Fedortchouk, Y., Nestola, F., Belluco, L., Troch, J., ... & Driesner, T. (2016). Tracing the depositional history of Kalimantan diamonds by zircon provenance and diamond morphology studies. Lithos, 265, 159-176. Smith, C. B., Bulanova, G. P., Kohn, S. C., Milledge, H. J., Hall, A. E., Griffin, B. J., & Pearson, D. G. (2009). Nature and genesis of Kalimantan diamonds. Lithos, 112, 822-832. Spencer, L. K., David , S., Peter, C., & Robert, E. (1988). The Diamond Deposits of Kalimantan, Borneo.  Sun, T. T., Wathanakul, P., Atichat, W., Moh, L. H., Kern, L. K., & Hermanto, R. KALIMANTAN DIAMOND.

Proses Keterbentukan Berlian

Diamond atau berlian merupakan salah satu batu permata dengan harga yang paling mahal.  Tidak hanya sebagai perhiasan, berlian juga dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan industri seperti alat pemotong, bahan pemoles, heat sink pada elektronik, dan masih banyak lagi.  Berlian tersusun atas 99,95% karbon. Meskipun graphite juga tersusun atas karbon, tetapi struktur kristal dan proses pembentukannya menjadikan graphite tidak sekeras berian. Berlian sendiri merupakan material paling keras di bumi, dengan skala kekerasan 10 mhos. Hal tersebut menjadikan berlian hanya dapat digores oleh berlian itu sendiri.  Butuh jutaan bahkan milyar-an tahun untuk berlian dapat terbentuk sempurna. Hal tersebut dikarenakan dalam proses keterbentukannya, berlian membutuhkan kondisi tekanan, temperatur, dan komposisi kimia yang spesifik. Dengan proses yang panjang dan kondisi yang spesifik dalam pembentukannya, menyebabkan berlian membutuhkan waktu panjang. Setelah terbentuk, berlian juga membutuhkan waktu jutaan hingga milyaran tahun untuk proses pendinginan berlian. Bahkan batuan pembawa berlian umumnya memiliki umur yang lebih muda dibandingkan dengan berlian yang dibawanya. Keterbentukan berlian ini dimulai dengan akumulasi material utama pembentuk berlian, yaitu karbon. Karena material karbon cukup sedikit pada mantel, menyebabkan berlian cenderung langka. Karbon material utama pembentuk berlian dibagi menjadi dua berdasarkan sumbernya, yaitu primordial dan recycled. Primordial karbon merupakan jenis material karbon yang telah ada di mantel sejak awal pembentukan bumi. Sedangkan recycled karbon berasal dari material teroksidasi yang tersimpan di dalam bumi, seperti CO2 dan CO3. Selain itu, material karbon juga dihasilkan dari molekul organik yang berasal dari makhluk hidup, khususnya yang memiliki cangkang (CaCO3). Karbon dari material organik ini akan dibawa ke dalam bumi melalui proses subduksi. Subduksi yang merupakan proses penunjaman kerak samudera yang banyak mengandung CaCO3 ke bawah kerak benua. Ketika akumulasi karbon sudah mencapai kedalaman dengan temperature 950 - 1400⁰C dan tekanan 4 GPa, proses pembentukan berlian akan dimulai. Suhu/temperature akan sebanding dengan kedalaman yang disebut dengan gradient geothermal. Berdasarkan mekanisme gradient geothermal tersebut, akan tercapai suku 950⁰C pada kedalaman 140 km. Pada kedalaman tersebut juga akan didapatkan tekanan yang sangat besar akibat tumpukan batuan yang berada diatasnya.   Proses keterbentukan berlian ini sangat berhubungan dengan proses redoks (reduksi-oksidasi) antara material utama dengan dinding batuan. Dalam proses keterbentukannya ini terkadang ditemukan mineral pengotor berupa Nitrogen dan atau Boron. Keberadaan mineral pengotor ini akan mempengaruhi warna dan bentuk kristal dari berlian tersebut. Umumnya berlian dengan kandungan karbon murni 100% akan menghasilkan berlian takberwarna bertipe IIa. Ketika berlian mengandung mineral pengotor berupa Boron akan dihasilkan berlian berwarna biru dengan tipe IIb. Sedangkan berlian dengan mineral pengotor Nitrogen akan menghasilkan warna kuning dengan tipe Ia/Ib tergantung jenis ikatan karbon yang terbentuk.  Dalam beberapa kasus, berlian terbentuk di kedalaman lebih dari 600 km yang sering disebut superdeep diamond. Berlian jenis ini terbentuk pada tekanan dan suhu yang lebih tinggi dibandingkan berlian pada umumnya. Berlian jenis ini biasanya memiliki warna pink/coklat. Selain itu, dapat juga ditemukan berlian berwarna biru ketika mineral pengotornya berupa Boron. Pada superdeep diamond, tidak dapat ditemukan mineral pengotor berupa Nitrogen.  Berlian yang terbentuk dan tersimpan jauh di bawah permukaan bumi akan terbawa naik bersamaan dengan aktivitas gunung berapi. Berlian akan terbawa ke permukaan bersamaan dengan magma yang mendingin dan membentuk batuan beku. Batuan yang membawa berlian ini disebut dengan “kimberlite”. Kimberlite menjadi sumber utama tambang berlian. Selain aktivitas gunung api, berlian juga dapat dibawa ke permukaan melalui intrusi magma seperti dike atau sill yang biasa disebut dengan “lamproite”. Lamproite cenderung memiliki kandungan yang lebih sedikit dibandingkan kimberlite.  Erosi yang terjadi terus menerus mengakibatkan batuan pembawa berlian lapuk dan berlian ikut terlepas, terlebih kimberlite sangat mudah mengalami pelapukan dan erosi. Kemudian berlian ini akan tertransportasi melalui sungai dan terdeposisi di sungai seperti yang terjadi di Sungai Orange di Afrika Selatan. Selain itu, berlian juga dapat tertransportasi melalui longshore current seperti yang terjadi di Selatan Atlantik.     Refrensi Bulanova, G. P. (1995). The formation of diamond. Journal of Geochemical Exploration, 53(1-3), 1-23. GIA. 2023. Diamonds Origins. https://discover.gia.edu/diamond-origin.  GIA. 2023. Diamond Description. https://www.gia.edu/diamond-description.  GIA. 2023. Where Diamonds Come From. https://4cs.gia.edu/en-us/where-diamonds-come-from/.  Mahmut MAT. (2023). Diamond. https://geologyscience.com/minerals/diamond/.  Shirey, Steven & Shigley, James. (2013). Recent Advances In Understanding The Geology od Diamonds. Gems & Geomology.  Smith, Karen V., & Shirey, Steven B. (2018). How Do Diamonds Form in the Deep Earth?. Gems & Geology. GIA. Stachel, T., & Luth, R. W. (2015). Diamond formation—Where, when and how?. Lithos, 220, 200-220.

    Artikel Terpopuler

    BERILAN DAN IMITASINYA

    Penamaan untuk Berlian (Diamond) berasal dari bahasa Yunani ‘adamous’ yang berarti ‘unconquerable’ atau yang tak tertundukkan. Penamaan ini tak lepas dari fakta bahwa berlian adalah material terkeras yang pernah ditemukan manusia di muka bumi. Istilah kekerasan disini adalah mengacu pada tingkat ketahanan berlian untuk menahan segala macam goresan dari material lain selain berlian itu sendiri. Jadi pada akhirnya tidak ada material lain yang dapat menggores berlian kecuali berlian itu sendiri. Mengapa harga berlian relatif mahal? Berbagai macam faktor sangat mempengaruhi harga berlian, kelangkaan deposit di muka bumi dan faktor 4C (Color, Clarity, Cut, Carat) sangat berpengaruh di dalam penentuan harga berlian. Proses mendapatkan berlian dari tambang, jalur distribusi perusahaan-perusahaan seperti De Beers, Dominion Diamond Corporation, Rio Tinto, dll  proses perencanaan dan pemolesan yang kompleks, hingga dapat dipakai terikat dalam cincin di jari manis pasangan anda pun tidaklah mudah. Dari kombinasi faktor-faktor tersebut di atas, maka tak heran harga berlian menjadi mahal. Mengingat industri berlian ini sangat rumit dan membutuhkan biaya yang cukup besar untuk terjun didalamnya, maka manusia mencari cara alternatif untuk mendapatkan tiruan/imitasi berlian yang dapat dipakai dengan harga yang relatif lebih terjangkau. Batu-batu permata lain baik itu batu natural alam ataupun batu sintetik buatan pabrik dipakai sebagai subtitusi berlian. Perbandingan karakteristik berlian dan imitasi/tiruan yang sering dipakai dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :  Sumber: AIGS Gem Identification 2012 AIGS Diamond Grading and Pricing 2012 Gambar dari berbagai sumber    

    Quartz

    Kuarsa adalah salah satu mineral yang umum ditemukan di kerak kontinen bumi. Mineral ini memiliki struktur kristal heksagonal yang terbuat dari silika trigonal terkristalisasi (silikon dioksida, SiO2), dengan skala kekerasan mohs 7, indek bias 1.544 – 1.553 dan berat jenis 2,65 g/cm³. Bentuk umum kuarsa adalah prisma segienam yang memiliki ujung piramida segienam.                 Berikut adalah varietas -varietas dari spesies kuarsa (quartz) :

    CHALCEDONY DAN VARIETASNYA

    Chalcedony merupakan bentuk cryptocrystalline dari Quartz. Chalcedony banyak ditemukan di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia, salah satunya adalah Chrysocolla-Chalcedony yang populer dengan nama batu bacan. Chalcedony memiliki bentuk kristal sistem hexagonal (trigonal) dalam ukuran cryptocrystalline, dengan komposisi kimia SiO2, indek bias 1.53 atau 1.54 (spot reading), berat jenis 2.60 (+ .10,- .05),  serta tingkat kekerasan 6.5 – 7.0 skala mohs. Berikut adalah varietas -varietas dari spesies chalcedony : Sumber : 1. GIA Gem Reference Guide 2. Gambar dari berbagai sumber di internet

    JADE

    Jade atau sering disebut dengan Giok oleh masyarakat Indonesia adalah material batu mulia terkuat (tough) yang pernah dikerjakan oleh manusia untuk dijadikan karya seni baik berupa pahatan, ornamen, ataupun sebagai batu mulia perhiasan. Material Jade terkenal kuat karena adanya kristal-kristal kecil pembentuknya yang saling mengunci satu dengan yang lain. Penamaan Jade berasal dari bahasa Spanyol piedra de hijada (yang kira-kira berarti berguna untuk mengobati penyakit ginjal). Sampai saat ini hanya dua mineral yang bisa dikategorikan sebagai Jade asli, yaitu Nephrite-Jade dan Jadeite-Jade. Nephrite-Jade adalah varietas berserat compact dari famili actinolite-tremolite yang berasal dari grup mineral amphibole. Material ini banyak ditemukan di seluruh penjuru dunia seperti : New Zealand, Canada, China, Amerika Serikat, Indonesia. Warnanya bervariasi dari hijau muda sampai hijau gelap, kuning sampai ciklat, abu-abu, dan hitam. Ciri khususnya adalah seringkali ditemukan bintik-bintik hitam di dalamnya apabila dilihat dalam pembesaran. Jadeite-Jade mempunyai unsur kimia NaAl(SiO3)2 yaitu Sodium Aluminum Silicate. Jadeite-Jade relatif lebih mahal harganya dari ‘saudaranya’ Nephrite-Jade karena lebih langka ditemukan untuk kualitas batu mulia. Kombinasi faktor utama penentuan kualitas dan harga dari Jadeite-Jade adalah dari : Intensitas warna, transparansi dan tekstur. Range warna dari Jadeite-Jade cukup bervariasi dari putih sampai abu-abu pucat, hijau kekuning-kuningan sampai hijau kebiru-biruan (warna hijau zamrut), violet (ungu tua), kuning, merah, coklat, dan hitam. Daerah penghasil kualitas batu mulia antara lain : Myanmar, Guatemala, Jepang, Amerika Serikat, Rusia. Sumber : AIGS Gem Identification 2012 Gems, Sixth Edition, Michael O’Donoghue 2006 GIA Gems Reference Guide 2009 Gambar dari berbagai sumber

    Apa itu Batu Mulia

    Dari sekitar 3.000 mineral yang terdapat di alam semesta, hanya ada beberapa jenis mineral yang memiliki kualitas khusus yang biasa kita sebut sebagai batu mulia (gemstone). Dalam mempelajari dan mengidentifikasi batu mulia, para ilmuwan menerapkan prinsip-prinsip gemologi. Dalam ilmu gemologi, syarat suatu mineral agar bisa dikatakan sebagai batu mulia harus memiliki tiga kriteria pokok. Tiga kriteria pokok tersebut adalah Keindahan (beauty) Keindahan adalah faktor yang sangat penting. Batu mulia harus terlihat menarik dan memiliki warna yang indah. Faktor-faktor yang mempengaruhi keindahan antara lain: Kemilau permukaan ( luster) Warna (color) Dispersi (Dispersion) Transparansi (Transparency) Briliansi (Brilliancy)   Ketahanan (durability) Ketika batu mulia digunakan sebagai perhiasan yang dipakai sehari-hari, ia harus memiliki kemampuan untuk tetap mempertahankan keindahannya terhadap panas, bahan-bahan kimia, dan jangka waktu pemakaian. Faktor yang mempengaruhi durability antara lain kekerasan (hardness), ketangguhan/ keuletan (toughness), dan stabilitas (stability). Kelangkaan (rarity) Faktor yang tidak kalah penting dan menjadi kunci dalam penentuan harga adalah Kelangkaan. Hal ini berkaitan erat dengan hukum permintaan dan penawaran di pasar. Semakin langka batu mulia dan diperkirakan tidak akan ditemukan pusat pertambangan yang baru dalam waktu dekat, maka harga sebuah batu mulia bisa melambung sangat tinggi. Meskipun pemasaran (marketing) tetap menjadi bagian yang penting dalam penentuan harga dan pasar.